“Gie: Manusia Merdeka Yang Sesungguhnya”

Tidak ada komentar

Hanya ada dua pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih menjadi manusia merdeka”
(Soe Hok Gie)

Mendengar nama sosok Soe Hok Gie, sebuah nama yang tak asing dikalangan para aktivis serta para pecinta alam. Nama ini dikenal sekitaran tahun 1962-1969 dengan sikap kritisnya menentang rezim presiden Soekarno pada saat itu. Melalui tulisan-tulisannya yang sering di publis media cetak, sosok Soe Hok Gie merupakan aktivis yang kritis bersuara melalui tulisan. Baginya dengan menulis adalah melawan, terlihat dari beberapa kumpulan artikelnya beserta buku hariannya yang sudah dibukukan seperti catatan seorang demonstran, di bawah lentera merah, zaman peralihan, dan orang-orang di persimpangan kiri jalan. Bahkan sosok Soe Hok Gie diangkat dalam film layar lebar yang diadaptasi dari buku catatan seorang demonstran. Film yang berjudul “Gie” yang dirilis pada tahun 2005, sukses dan banyak ditonton di bioskop.

Selain dikenal menjadi aktivis yang kritis, Gie begitu sapaannya, dikenal juga sebagai mahasiswa pecinta alam. Namanya begitu dikenang dan sakral bagi mahasiswa pecinta alam (Mapala) karena dia dikenal sebagai pendiri Mapala UI yang merupakan Mapala pertama di Indonesia. Hobinya yang sering mendaki gunung adalah alasan Soe Hok Gie menjauhkan diri dari kegiatan kampus yang pada saat itu melibatkan diri dalam dunia politik dan sering mementingkan kepentingan organisasi dibanding kepentingan mahasiswa yang sesungguhnya. Dalam dunia aktivis juga Gie dikenal sebagai otak dari sebuah aksi gerakan mahasiswa, bahkan salah seorang kawan baik Gie yang bernama Herman Lantang mengakui itu. Melalui acara Mata Najwa (30/3/2017), Herman Lantang mengatakan “Dalam sebuah aksi gerakan mahasiswa, Soe Hok Gie Otaknya dan saya penggeraknya”. Dari ungkapan seorang teman dekat Gie yang menggambarkan betapa kritisnya Soe Hok Gie pada saat itu dengan menjadi sebagai otak dibalik gerakan-gerakan mahasiswa yang diikutinya.

Sosok Gie bagi saya sendiri merupakan “Manusia Merdeka” yang sesungguhnya. Saya mengenal sosok Soe Hok Gie pertama kali dengan membaca sebuah kutipan yang terpampang di media sosial pada saat itu. Sebuah kutipan “Orang-orang seperti kita tidak pantas mati di tempat tidur” merupakan awal saya mengenal sosok Sok Hok Gie. Melalui kutipan itu, rasa penasaran saya terhadap sosok Gie saya lakukan dengan menelusuri lebih dalam biografinya melalui wikipedia. Saya pun mendapatkan sebuah film yang dirilis pada tahun 2005 yang berjudul “Gie”. Setelah menonton film tersebut, rasa kagum saya akan kepada sosok Soe Hok Gie sangat luar biasa. Di dalam film tersebut saya mendapatkan sebuah inspirasi dari sosok yang biasa disapa Gie tersebut. Sebuah pemikiran serta idealisme sosok Soe Hok Gie merupakan cerminan saya memasuki dunia yang bernama “Kampus”. Bagi saya menjadi manusia merdeka adalah hal yang saya dapatkan dari sosok Soe Hok Gie. Sebuah kutipan “Hanya ada dua pilihan menjadi apatis atau mengikuti arus, tetapi aku memilih menjadi manusia merdeka” kutipan yang membawa saya sebagai manusia merdeka yang sesungguhnya.

Definisi manusia merdeka dari Soe Hok Gie yang saya pelajari adalah tidak mengikuti arus dan tidak menjadi acuh tak acuh. Dua hal inilah yang sekarang terjadi di kalangan mahasiswa saat ini, mahasiswa apatis yang hanya memikirkan IPK dibanding pengalamannya di dalam organisasi serta mahasiswa yang mengikuti arus yang selalu tunduk kepada senior. Tapi definisi manusia merdeka adalah definisi yang menurut saya adalah sebuah awal untuk tidak apatis dan mengikuti arus dan tetap independen dalam pendirian berpikir dan bertindak. Itulah yang saya pelajari dari sosok Soe Hok Gie, independen dalam berpikir dan bertindak. Tidak memikirkan kepentingan sebuah organisasi ataupun nama, tapi dia memikirkan kepentingan sosial masyarakat. Karna marwah mahasiswa yang sesungguhnya ada untuk masyarakat dan bergerak untuk masyarakat. Soe Hok Gie sosokmu memang sudah mati, tapi pemikiran dan tindakanmu abadi!!

Oleh : Bayu Harundja

Instagram: @bayuharundja_

 

 


Tidak ada komentar :

Posting Komentar